SportsZam – Alvaro Morata, striker tajam Galatasaray dan andalan Timnas Spanyol, baru-baru ini membongkar rahasia kelam kariernya dalam sebuah dokumenter berjudul "Morata: They Don’t Know Who I Am." Pengakuan mengejutkan datang dari pemain berusia 32 tahun ini; ia hampir absen di Euro 2024 karena depresi berat dan bahkan berniat memalsukan cedera!
Mencoba Sembunyi dari Tekanan

Dalam film dokumenter tersebut, Morata menceritakan bagaimana tekanan publik, cibiran di stadion, dan kegagalan bersama Atletico Madrid di Liga Champions membuatnya jatuh ke jurang depresi. "Saya takut segalanya," ujarnya. "Dada terasa sesak, sulit bernapas, tubuh sakit padahal tidak ada cedera. Saya menghubungi dokter tim nasional dan ingin pura-pura cedera agar tak perlu berangkat ke turnamen." Ketakutannya begitu besar hingga ia mengaku takut tidur karena merasa akan meninggal dalam tidurnya.
Iniesta, Teman Setim, & Terapi: Jalan Menuju Kesembuhan
Namun, titik balik datang setelah percakapan dengan legenda sepak bola Spanyol, Andres Iniesta, yang juga pernah berjuang melawan depresi. Dukungan dari rekan setim seperti Koke dan Alex Remiro, pelatih Diego Simeone, serta sesi terapi intensif dengan psikiater Pilar de Castro-Manglano membantunya bangkit dari keterpurukan.
Euro 2024: Kemenangan di Tengah Badai
Ironisnya, Morata justru bermain di semua pertandingan Euro 2024 sebagai kapten dan menjadi tulang punggung serangan Spanyol. Meskipun bukan pencetak gol terbanyak, perannya krusial dalam membuka peluang bagi pemain muda seperti Lamine Yamal dan Nico Williams. "Gelar itu adalah momen paling bahagia dalam karier saya," kata Morata, merujuk pada kemenangan dramatis 2-1 atas Inggris di final.
Kehidupan Pribadi yang Mengguncang
Beban mental Morata bertambah berat dengan masalah kesehatan istrinya, Alice Campello, yang nyaris meninggal saat melahirkan anak keempat mereka. Pasangan ini sempat berpisah setelah Euro 2024, namun kini telah kembali bersama.
Kritik Pedas & Keputusan Berat
Morata mengakui bahwa kritik pedas dari fans Atletico Madrid setelah kegagalan di Liga Champions menjadi pemicu utama depresi yang dialaminya. Ia pun memutuskan pindah ke Milan demi kesehatan mentalnya. "Sepak bola seharusnya jadi cinta terbesar saya, tapi saat itu berubah menjadi sesuatu yang menakutkan," ucapnya.
Pesan Penting dari Morata
Kisah Morata menyoroti pentingnya kesehatan mental dalam dunia sepak bola profesional. Di usia 32 tahun, ia masih bermain dengan kesadaran dan pemahaman baru tentang pentingnya menjaga keseimbangan mental, sebuah pesan yang perlu diperhatikan lebih luas di dunia sepak bola modern.
Berikut ringkasan perjalanan Morata:
| Tahap Kehidupan | Deskripsi | Dampak |
|---|---|---|
| Pra-Euro 2024 | Tekanan tinggi, cibiran, kegagalan di Liga Champions, depresi berat. | Niat memalsukan cedera, takut tidur, merasa akan meninggal. |
| Selama Euro 2024 | Dukungan Iniesta, rekan setim, pelatih, dan terapis. | Bermain di semua pertandingan, Spanyol juara. |
| Pasca-Euro 2024 | Masalah kesehatan istri, sempat berpisah, pindah ke Milan. | Fokus pada kesehatan mental dan keluarga. |
| Saat Ini | Bermain di Galatasaray, kesadaran baru tentang pentingnya kesehatan mental. | Menjadi contoh penting tentang kesehatan mental dalam sepak bola. |





